Orasi Ilmiah Profesor Riset DR. Rasti Saraswati
MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERTANIAN
BIOINDUSTRI
Professor Riset, Dept. Pertanian RI
(Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Prof.DR. Rasti Sarawasti, atas izin memuat Orasi Ilmiah ini.
Beliau adalah Penasehat Utama kami dalam memproduksi pupuk bio-organik kami)
Orasi Ilmiah Prof. DR. Rasti Saraswati |
Pembangunan pertanian kedepan semakin berat dan kompleks. Degradasi sumber daya lahan pertanian dan alih fungsi lahan produktif masih terus berlangsung. Perubahan iklim memperparah permasalahan ini, dan memperumit pemanfaatan lahan suboptimal. Kondisi ini semua memerlukan penanganan khusus agar tidak menjadi ancaman bagi sistim produksi pertanian. Meski demikian, pemerintah tetap optimistis an terus berupaya memecahkan memecahkan masalah dan kendala tersebut. Pemerintah mengintroduksi Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013 – 2045. Salah satu dari strategi ini adalah penerapan konsep pembangunan ‘Pertanian Bioindustri Berkelanjutan’.
Pendekatan yang
ditempuh dalam pembangunan pertanian bioindustri berkelanjutan adalah mengelola
dan memanfaatkan seluruh sumber daya hayati secara optimal dan harmonis,
termasuk pengelolaan dan pemanfaatn biomassa dan/atau limbah organik
pertanian. Dalam implementasinya, pertanian bioindustri memanfaatkan
seluruh factor produksi untuk menghasilkan pangan dan produk lain yang lebih
bernilai ekonomi dan aman dikonsumsi dengan menerapkan prinsip biorefinary1
Salah satu faktor
produksi yang penting adalah sumber daya hayati mikroorganisme tanah. Sumber
daya ini berperan penting dalam memperbaiki biologi, fisika dan kimia tanah2. Mikroorganisme ini
yang mampu menyediakan hara bagi tanaman, mengendalikan hama dan penyakit,
meningkatkan produktifitas lahan, dan memulihkan lahan yang terdegradasi.
Sejak revolusi hijau
dicanangkan, pupuk anorganik masih tetap digunakan hingga saat
ini. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi
oleh penggunaan pupuk hayati dan/atau pupuk organic, memberikan kontribusi
nyata terhadap penurunan kualitas tanah. Biota tanah rusak dan
kesuburuan tanah menurun. Kondisi ini telah berlangsung lebih dari empat decade
sehingga berdampak kepada rendahnya efisiensi pemupukan dan mengurangi
keuntungan usaha tani. Oleh kaena itu, pengembangan pupuk hayati
sangat diperlukan sebagai komponen teknologi strategis dalam pembangunan pertanian
bioindustri yang berkelanjutan.
Dalam orasi ilmiah ini
diuraikan berbagai inovasi teknologi pupuk hayati dalam mendukung pengembangan
pertanian bioindustri.
II. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
PUPUK HAYATI
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
Penemuan-penemuantersebut
merupakan awal dari munculnya pemikiran dalam pemanfaatan mikroorganisme tanah
sebagai pupuk hayati dalam upaya perbaikan pertumbuhan dan peningkatan produksi
tanaman budidaya. Melalui berbagai penelitian yang didukung oleh
perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan bioscience yang
sangat pesat, sekarang telah tersdia berbagai teknologi pupuk hayati tunggal
maupun majemuk multifungsi.
Teknologi pupuk hayati tunggal yang mengandung satu jenis mikroba dengan satu
fungsi telah dikembangkan sejak tahun 1980-an dengan memanfaatkan
Rhizobium. Simbiosis Rhizobium-Kedelai mampu menyediakan hara
nitrogen bagi tanaman inangnya. Pengembangan inokulan Rhizobium
dalam budidaya tanaman, diawali dengan diproduksinya Nitragin di Amerika
Serikat, yang kemudian diikuti oleh Negara-negara berkembang, Antara lain
Thailand, Filipina, dan Indonesia.
Pada tahun 1984,
Indonesia telah berhasil memanfaatkan inokulan Rhizobium dalam program
intensifikasi kedelai. Upaya mengembangan pupuk hayati tunggal
Rhizobium;Kedelai secara luas dipertegas oleh Departemen Pertanian melalui
Direktorat Jendral Tanaman Pangan dengan Surat Keputusan No. I.A.5.84.5 pada 17
Januari 1984 tentang Baku Mutu Pupuk Hayati Tunggal, yang kemudian dipertegas
lagi dengan Surat Keputusan I.HK.050.91.7A pada 12 Maret 1991.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mikrobiologi telah mendorong pengem-bangan teknologi pupuk hayati tunggal menjadi pupuk hayati majemuk multifungsi. Teknologi pupuk hayati majemuk multifungsi mengandung beberapa je nis mikroba dengan berbagai fungsi, seperti konsorsia bakteri penambat N2 dan pelarut P. Badan Litbang Pertanian, sejak 1995, telah menghasilkan dan mengemabngkan lebih dari 20 jenis pupuk hayati majemuk multifungsi, diantaranya Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) RhizoPlus, Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) Nodulin, BioNutrient dan MDec, dan lain-lain4. Selain itu terdapat puluhan calon pupuk hayati yang masih dalam proses pengujian.
Berbagai bentuk pupuk
hayati majemuk telah berkembang hingga saat ini, seperti cair, tepung, granul,
tablet dan manik-manik dengan kualitas beragam, bergantung pada jenis mikroba,
tanaman, dan kondisi lingkungan.
Majelis Pengukuhan Professor Riset |
III. PERAN PUPUK HAYATI
DALAM PERTANIAN BIOINDUSTRI
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
(1)penyediaan hara dan peningkatan efisiensi pemupukan, (2)perbaikan pertumbuhan dan perlindungan tanaman, (3)pengelolaan residu residu bahan organik bagi penyediaan hara dan bioenergy, (4)pemulihan lahan yang tercemar logam berat, dan (5)peningkatan produktivitas tanah dalam sistim produksi pertanian.
3.1. Penyedia Hara dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan
Peran pupuk hayati dalam menyediaan hara dan peningkatan efisiensi pemupukan
berkaitan erat dengan kemampuannya dalam menambat N2 (Rhizobium,
Azotobacter, Beijerinkia, dan lain-lain), melarutkan P terikat menjadi
tersedia (Bacillus, Pesudomonas, dan lain-lain), dan mengurai bahan
organic, dan membentuk humus pada area pengomposan (Aspergilus, Trichoderma,
dan lain-lain).
Aktivitas
mikroorganisme tanah: mikroflora dan fauna saling mendukung keberlangsungan
siklus hara dan proses fisika-kimiawi tanah. Secara teknis,
aktivitas mikroorganisme tanah membantu proses nitrifikasi pupuk amonia,
produksi enzim fosfatase sebagai katalis hidrolisis pupuk
P, produksi enzim urase sebagai katalis hidrolisis urea dalam
memproduksi amonium karbonat, dan proses reduksi berbagai macam sistim redoks
dalam kondisi tanah tergenang, meskipun perubahan struktur komunitasnya lebih
banyak terkait dengan konsentrasi oksigen dan ketersediaan bahan organik 5-7.
Pupuk
hayati telah dimanfaatkan di banyak negara. Pemanfaatan Azotobacter pada
lahan sawah menghasilkan 10-15 Kg N/Ha, konsorsium Azospirilum sp., Pesudomonas sp.,
dan Zoogloea sp., menyumbang 46 kg N/Ha, atau 30% dari
kebutuhan N, simbiosis Sianobakter dengan Azola-Anabeana menghasilkan 20 – 100
kg N/Ha/musim, dan Rhizobium pada lahan kering masam Ultisol
Lampung menyumbang 63.2 Kg N/Ha atau 45.4% dari kebutuhan N 8-13.
Azorhizobium caulinodans (bakteri bintil batang) pada tanaman Sesbania rostrata dilahan sawah, mampu menghasilkan biomassa kering 16.8 ton/Ha selama 13 minggu dan menyumbang 426 kg N/Ha, 75% dan >60% P diantaranya terakumulasi pada daun. Pemberian hijauan S. rostrata setara 45 Kg N/Ha dan pupuk urea dengan dosis 60 Kg N/Ha, meningkatkan hasil padi 24% 14-15.
3.2. Perbaikan Pertumbuhan dan Perlindungan Tanaman
Penggunaan pestisida secara terus menerus untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman mendorong penurunan populasi Rizhobakteria Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT) pada lingkungan akar, sehingga tanaman mudah terinfeksi pathogen16,17. Kemampuannya dalam menghasilkan metabolit sekunder berupa siderofor, antibiotic, HCN, dan enzim ekstraseluler menjadikan RPTT potensial sebagai komponen pengendali hayati18,19.
Beberapa strain Pseudomonas spp.,
dan Bacillus spp. Mampu menambat Nitrogen, melarutkan P yang
terikat , menginduksi ketahanan tanaman, mengendalikan pathogen, dan memulihkan
keracunan logam berat ditanah10, 20-22. Pemberian RPTT
pada tanaman the mengurangi penggunaan pestisida 45-75% dan meningkatkan
produksi 13-30%. Pada tanaman tebu, pemberian RPTT meningkatkan
produksi gula sebesar 16%, sedangkan pada tanaman Vanili menekan perkembangan
penyakit yang disebabkan oleh Fussarium oxysporum sp. F. vanilla sebesar
70% dan meningkatkan produksi 50% 23,24. Pada
tanaman tembakau, pemberian RPTT menekan infeksi Tobacco Mozaic Virus 30-40%
dan meningkatkan pertumbuhan akar 20-30% 25.
Pengelolaan limbah bahan organik merupakan bagian dalam pengelolaan hara terpadu dan pertanian bioindustri. Peningkatan siklus hara di tanah dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik tanah.
Limbah
tanaman yang jumlahnya cukup besar merupakan sumber bahan organik yang
potensial bagi penyediaan pupuk organik hayati untuk perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologi tanah, dan energi biogas. Penambahan substrat C,
meningkatkan kandungan C-organik, populasi mikroba, dan aktivitas enzim
(hidrolase, urease, protease, phosphatase, β-glucosidase) dalam tanah 26,27.
Pemanfaatan mikroba perombak bahan organik dalam mempercepat proses dekomposisi bahan organik berserat lignoselulose secara aerob, meningkatkan biomassa tanaman dan aktivitas mikroba tanah, menekan perkembangan penakit tanaman, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan28.
Pupuk
organik yang diperkaya dengan mikroba dikenal sebagai pupuk organik hayati
(organic biofertilizer). Penamabhan bakteri penambat N2, dan mikroba
pelarut P, akan meningkatakan kualitas pupuk organik setara dengan penambahan N
dan P dari hewan dan tumbuhan 28. Dari uji
efektifitas pupuk organik hayati pada tanaman caisim dengan dosis pupuk
anorganik sesuai rekomendasi, diketahui meningkatkan hasil 12%, sedangkan
dengan 50% rekomendasi mampu meningkatkan hasil 68%.
3.3.2.Energi Biogas
Pemanfaatan mikroba perombak bahan organik dalam proses dekomposisi kotoran
ternak secara anaerob, akan menghasilkan biogas, salah satu sumber energi
terbarukan.
BPP
Mekanisasi Pertanian mengembangkan digester skala kecil dengan kapasitas 18m3 dan
menghasilkan biogas 6 m3/hari dengan kandungan CH4
77%. Biogas yang dihasilkan, dimanfaatkan sebagai sumber energi
kompor gas dan lampu penerang 29.
3.4. Pemulihan Pencemaran Lahan (Bioremediasi)
Pencemaran lahan dapat merusak kualitas lingkungan yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Tanah yang terkontaminasi bahan agrokiia beracun dapat dipulihkan dengan mikroba pengakumulasi logam berat dan pendegradasi xenobiotic yang mampu mengubah senyawa kimia kompleks berbahaya menjadi tidak berbahaya, sehingga kualitas lahan meningkat30.
Pencemaran logam berat telah terjadi di beberapa Negara. Di Jepang, misalnya,
tercemarnya perairan Minamata, disebabkan oleh Metil-Hg dari limbah pabrik
Polivinyl Asetat (PVA), dan peristiwa itai-itai akibat pencemaran logam Cd dari
pabrik cat yang menggunakan Cd sebagai salah satu bahan aktifnya.
Belakangan,
bioremediasi logam berat telah menjadi perhatian para ilmuwan dan diplikasikan
dibidang industry, Mikroorganisme pengakumulasi logam berat
merupakan bioremediator ampuh untuk memindahkan atau menghilangkan berbagai
jenis logam melalui mekanisme serapan secara aktif dan pasif.
3.4.2.Bioremediasi Senyawa Xenobiotik
Kasus di Irak pada tahun 1971 yang memakan korban 400an jiwa, merupakan
keslaahan dalam penggunaan bibit gandum yang telah diberi fugisida.
Bioremediasi senaya
xenobiotic pada lahan pertanian akibat pemakaian pestisida berlebihan mendapat
perhatian khusus, mengingat potensi kerusakan lingkungan yang dapat
ditimbulkan. Inseltisida organofosfat, paling banyak digunakan diseluruh dunia
dan sering menyebabkan keracunan pada manusia.
Bebrapa jenis mikroorganisme hidup dalam sayuran sebagai residen permanen, namun belum diketahui kemampuannya mendegradasi senyawa pestisida. Residu pestisida endosulfan ada kubis ditemnukan rata-rata 37.4 ppb, pada wortel 10.6 ppb, dan profenos pada tomat 7,9 ppb 31.
3.5. Peningkatan
Produktifitas Tanah dalam Sistim Produksi Pertanian
Pengetahuan tentang mikroorganisme tanah alam menjalankan fungsi ekologis dan
kemampuan aplikasinya diperlukan bagi upaya peningkatan produktivitas
tanah. Sejumlah komunitas mikroorganmisme dalam tanah yang mampu
meningkatkan ketersediaan hara melalui penambatan N2, pelarutan P, perombakkan
bahan organic, pemacu pertumbuhan dan pengendali penyakit tanaman, merupakan
factor penting bagi keberlanjutan sistim produksi
pertanian. Kerusakan tanah akan mempengaruhi fungsi dan struktur
momunitas mikroba 32.
Opulasi mikroba tanah
merupakan salah satu indicator pertanian ramah lingkungan, dan berperan penting
dalam menentukan indeks kualitas tanah. Semakin tinggi populasi
mikroba tanah, semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan indeks
kualitas tanah.
Dibeberapa Negara
seperti India, Thailand, Jepang, Cina, Brazil, Taiwan, dan Negara-negara
lainnya, penggunaan pupuk hayati lebih diutamakan dari pada pupuk anorganik,
karena bermanfaat bagi tanaman dan tidak merusak lingkungan.
Saya bersama Prof. DR. Rasti Saraswati |
IV. INOVASI TEKNOLOGI PUPUK HAYATI UNTUK
MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati
4.1. Pupuk Hayati
Penyedia Hara
Pupuk hayati penyedia hara yang sudah dihasilkan terdiri atas pupuk mikroba multiguna RhizoPlus, pelarut Phosphat BioPhos, pemantap agregat tanah Emas, mikroflora tanah multiguna BioNutrient, Nodulin, Mdec dan DSA.
4.1.1. Pupuk Mikroba
Multiguna, RhizoPlus
Rhizoplus adalah pupuk hayati untuk tanaman kedelai yang mengandung konsorsia
Rhizobium dan bakteri pelarut fosfat yang dapat hidup sinergis dalam satu media
berupa pupuk hayati berkualitas unggul (hak paten). Kedua jenis mikroba ini
dapat hidup rukun dengan keefektifitasan yang tinggi meski dalam kondisi
kritis. RhizoPlus mampu meningkatkan penggunaan pupuk N dan P
sekaligus 33-35.
Penelitian dan
pengembangan RhizoPlus-Kedelai menghasilkan Pilot Plant Teknologi Produksi dan
Laboratorium Quality Control, Hak Paten, Penghargaan Layanakretya Utama dari
Menteri Riset dan Teknologi (10 Agustus 1998), dan Satyalencana Wirakarya dari
Presiden Republik Indonesia (21 Agustus 1998). Teknologi RhizoPlus
telah dilisensi oleh mitra swasta nasional dan dikomersilisasi sejak 1998
dengan kapasitas pabrik 7,5 juta sachet/tahun.
Aplikasi komersial
RhizoPlus telah dilakukan sejak 1997/1998 melalui proyek pengembangan kedelai
P2RTPH di 24 provinsi dengan luas area 273.013 ha. Penggunaan
RhizoPlus di Sembilan provinsi pada tahun 1997/1998 mampu meningkatkan hasil
kedelai 5-45%, dengan penghematan pupuk N hingga 100% dan P hingga 50% dari
dosis rekomendasi 33,36.
Perbaikan kualitas
inokulan, mulai dari teknologi formulasi, proses produksi mutakhir untuk
meningkatkan ketahanan hidup mikroba dalam mendukung delivery
system, seperti immobilisasi mikroba dengan teknik ekapsulasi mikroba, baik
makro enkapsulasi manik manik alginat, maupun mikroenkapsulasi dengan matriks
polimer, hingga teknologi aplikasi pupuk hayati melalui teknik inokulasi benih
dan matriconditioning telah berhasil dilakukan untuk meningkatkan efektifitas
pupuk hayati. Mikroenkapsulasi Rhizobium mampu menekan konaminasi
dan meningkatkan ketahanan hidup mikroba multiguna RhizoPlus 37,38.
4.1.2. Pupuk Mikroba
Pelarut Fosfat, BioPhos
Pupuk Mikroba BioPhos dirakit untuk meningkatkan kelarutan P terikat, baik dari
tanah maupun pupuk P, sebagai fasilitator penyerapan hara, dan berguna
meningkatkan efisiensi pemupukan, khususnya P (Hak Paten)
Mikroba yang digunakan bersifat spesifik dengan daya adaptasi luas, dapat digunakan pada lahan bukaan baru, lahan kering masam, dan lahan sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BioPhos pada lahan kering masam, dapat menekan kebutuhan pupuk P sampai 60%39. Teknologi ini telah dilisensi oleh mitra swasta nasional untuk periode lima tahun (2007 – 2013).
4.1.3. Pupuk hayati
Pemantap Agregat Tanah, Emas
Kerjasama penelitian dengan Unit penelitian Bioteknologi Perkebunan telah
menghasilkan pupuk hayati pemantap agregat tanah yang diberi nama Emas (Hak
Paten).
Pemberian pupuk hayati Emas pada tanaman perkebunan menghemat penggunaan pupuk anorganik hingga 25% dengan nilai penghematan 44% pada kelapa sawit, 39% pada kakao, 36% pada karet dan 32% pada teh. Penggunaan pupuk hayati Emas pada pembibitan dan tanaman kakao dewasa menurunkan kebutuhan pupuk NPK sampai 50% dari dosis anjuran. Teknologi ini telah di lisensi oleh swasta nasional sejak 2001.
4.1.4. Pupuk
Mikroflora Tanah Multiguna, BioNutrient
BioNutrient berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan melindungi tanaman dari
penyakit tular tanah, meningkatkan ketersediaan hara, meningkatkan efisiensi
pemupukan dan kesuburan tanah. Teknologi ini memanfaatkan bakteri
diazotrof endofitik pemacu tumbuh dan pengendali penyakit yang mampu
berkolonisasi pada apoplas yang kaya sumber karbon yang diperlukan dalam proses
penambatan N2 40,41. Kemampuan tumbuhnya pada kondisi kandungan
O2 rendah sangat pentinguntuk ekspresi dan aktivitas enzim
nitrogenase. Nitrogen yang ditambat tidak hilang, sehingga dapat
mengekploitasi substrat karbon yang disuplai oleh tanaman.
Aplikasi BioNutrient menghemat pupuk NPJ hingga 50% pada tanaman padi dan jagung42,43. Teknologi ini telah dilisensi oleh mitra swasta nasional dan beropreasi sejak 2008.
4.1.5.
Pupuk Mikroflora Tanah Multiguna, Nodulin
Nodulin adalah pupuk hayati untuk tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau
dan kacang panjang, Paraserianthes falcataria, Mucuna sp., dan legume cover
rops lainnya. Pupuk hayati ini mengandung konsorsia bakteri bintil
akar Bradyrhizobium japonicum dan bakteri diazotrof endofitik penghasil zat
tumbuh dan antipatogen, penambat N2 hidup bebas, serta pelarut P dan K.
Nodulin diperlukan untuk memacu perkembangan bintil akar dan pertumbuhan tanaman, serta melindungi tanaman dari penyakit tular tanah, meningkatkan ketersediaan hara dan efisiensi pemupukan N, P dan K. Aplikasi Nodulin pada tanaman kedelai, mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N, P dan K, masing-masing hingga 100%, 50% dan 50% dari dosis rekomendasi 44-46. Teknologi ini telah dileisensi oleh swasta nasional dan beroperasi sejak 2008.
4.2.
Pupuk Hayati Perombak Bahan Organik
Teknologi pupuk hayati perombak bahan organik (dekomposer), mikroflora tanah
multiguna MDec dan DAS, dirakit untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi
perombakan bahan organik berserat lignoselulosa, dan menekan penyakit tular tanah. Dekomposer
ini cocok digunakan untuk mengelola limbah tanaman pertanian, perkebunan,
holtikultura dan sampah kota.
Pemberian MDec dan DAS pada jerami, daduk, bagas dan tandan kosong kelapa sawit, mampu mempercepat perombakan bahan organik dari 2-3 bulan menjadi 10-14 hari untuk MDec dan menjadi 5-7 hari untuk DAS, masing-masing dengan teknologi pengomposan yang direkomendasikan. Teknologi ini telah dilisensi oleh swasta nasional dan beroperasi sejak 2008.
4.3.
Pupuk Hayati Pemacu Tumbuh dan Pengendali Hama dan Penyakit
Kerjasama penelitian antara Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian dengan Balai Penelitian Tanah, telah menghasilkan pupuk
hayati BioRegNPS, asosiasi bakteri pemacu tumbuh dan pengendali hama
penyakit tanaman, Alcaligenes spp. dan nematoda patogen
serangga (NPS)
Pupuk hayati ini dengan kepadatan NPS 104 JI/ml per 30 gr bahan pembawa, mampu membunuh serangga uji Tenebrio molitor. Kematian serangga uji 3 minggu setelah infeksi NPS mencapai 100%. Tanpa aplikasi NPS, seluruh serangga uji masih hidup. Aplikasi kombinasi BioRegNPS dan pupuk organik pada kedelai di lahan kering masam Ultisol Lampung, meningkatkan hasil 34% dibanding aplikasi pestisida dan mengurangi jumlah polong rusak 13,5% 48.
4.4.
Pupuk Hayati Pengakumulasi Logam Berat
Survey pada tahun 2000 pada lahan sawah di daerah Bekasi, menunjukkan tingkat
pencemaran limbah industri mendekati nilai ambang batas kritis yang ditetapkan
oleh WHO sebesar 0,24 ppm.
Kandungan
Cd pada tanah 0,3 ppm dan pada beras 0.2 ppm49,50. Pemberian
bioremediator logam berat Cd yang mengandung konsorsia bakteri pengakumulasi
logam berat Bacillus spp, dengan bakteri penyedia hara pada lahan sawah
tercemar Cd, mampu meningkatkan mutu beras dan menurunkan kadar Cd hingga
43% 51.
Dari
penelitian jangka panjang tersebut, diketahui teknologi pupuk hayati berperan
penting mendukung pertanian bioindustri, sehingga sering dipromosikan sebagai
obat mujarab untuk memecahkan masalah hara tanaman dan kesuburan
tanah. Padahal, tidak sesederhana itu karena pupuk hayati
mengandung organisme hidup yang memerlukan proses penanganan lebih khusus yang
tidak daat disamakan dengan penanganan pupuk anorganik.
Ilustrasi : Produksi Mikro-Organisme untuk pupuk Bio-Organik LABEK
V. PROSPEK DAN KEDALA
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PUPUK HAYATI
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
Pupuk hayati prospektif dikembangkan dalam pertanian bioindustri, namun keberhasilan pengembangannya tidak terlepas dari keunggulan sumberdaya genetika mikroorganisme dan teknologi pupuk hayati itu sendiri.
5.1. Prospek
Pembangunan pertanian bioindustri berkelanjutan, menuntut perlunya pengembangan
pupuk hayati dalam usaha tani untuk menghasilkan produk pangan sehat dan produk
pertanian yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Hal ini
sejalan dengan isu degradasi lahan pertanian, rendahnya efisiensi pemupukan
anorganik, turunnya kualitas lingkungan, dan perubahan iklim yang telah
mengancam system produksi pertanian.
Kemajuan IPTEK
bioscience memungkinkan pengembangan pupuk hayati gunakan meningkatkan lahan
suboptimal, terutama lahan kering masam, dan memiliki tingkat kesuburan lahan
terdegradasi, termasuk lahan bekas tambang.
Indonesia memiliki
sumber daya hayati yang beragam, termasuk mikroorganisme, yang potensial
dimanfaatkan sebagai komponen utama pupuk hayati yang bermutu. Dalam
pertanian bioindustri, pengembangan pupuk hayati menjadi suatu keharusan guna
menghasilkan produk yang sehat, bermutu, dan bernilai tambah tinggi. Dalam
hal ini, teknologi pupuk hayati memegang peranan penting.
Efisiensi penggunaan pupuk anorganik yang rendah, kehilangan hara N yang tinggi dan tidak tersedianya hara P bagi tanaman, dapat diatasi dengan penggunaan pupuk hayati yang mampu menyediakan hara N dan P bagi tanaman dan meningkatkan efisiensi pemupukan 25%-50%. Penggunaan pupuk organik hayati dari jerami padi, mampu menyediakan hara K bagi tanaman hingga 100% dari dosis rekomendasi.
5.2. Kendala
Berbeda dengan pupuk organic dan pupuk pelengkap cair, pupuk hayati merupakan
mahkluk hidup yang memerlukan penanganan khusus. Pupuk hayati
memiliki rentang waktu masa aktif yang relatif pendek, sekitar 6 bulan,
sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan penyimpanan inokulan yang dapat
memperpanjang ketahanan hidup mikroba sebelum diaplikasikan.
Sistem pengemasan dan pengiriman pupuk hayati kpada pengguna dan penyimpanan di petani, sangat menentukan status mikroba yang dikandungnya. Pada prinsipnya, mikroba pada pupuk hayati harus selalu hidup, baik selama penyimpanan maupun setelah diaplikasikan di lapangan, agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.'
VI. ARAH, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PUPUK HAYATI
Majelis Pengukuhan
Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
Berdasarkan pengalaman, pembelajaran, kenyataan di lapangan, dan dinamika inovasi teknologi, maka perlu dirumuskan arah, sasaran dan strategi pengembangan teknologi pupuk hayati dalam mendukung petanian bioindustri berkelanjutan.
6.1. Arah
(1). Peningkatan
kualitas pupuk hayati dari berbagai aspek, termasuk propengemasan, pengiriman,
dan penyimpanan agar tetap efektif dan produktif serta praktis dan mudah
diimplementasikan di lapangan.
(2). Penggalian potensi sumber daya hayati mikroorganisme untuk meningkatkan keragaman fungsi pupuk hayati guna memperbaiki produktivitas lahan suboptimal dan lahan terdegradasi mendukung pengembangan pertanian bioindustri.
6.2. Sasaran
(1). Peningkatan
kemampuan pupuk hayati mensubstitusi pupuk anorganik, baik dalam aspek
produktivitas maupun efisiensi produksi.
(2). Peningkatan efisiensi biaya produksi usahatani, terutama dalam hal pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta reklamasi dan pemulihan kesuburan lahan.
6.3. Strategi
(1). Pengayaan
inovasi pupuk hayati majemuk secara berkesinambungan dengan dukungan
persyaratan baku mutu berbasis teknologi bioscience
(2). Perbaikan
system produksi pupuk hayati yang mudah diaplikasikan dan efektif,
termasuk system pengemasan dan penyimpanan
(3). Sosialisasi
keunggulan pupuk hayati dalam pertanian bioindustri melalui berbagai media
diseminasi secra terpadu dan berkesinambungan
(4). Perbaikan
sistem pemasaran dan promosi teknologi pupuk hayati melalui sistem distribusi
dan demontrasi lapangan, bekerja sama dengan mitra swasta dan BUMN
(5). Refocusing penelitian
dan pengembangan teknologi pupuk hayati untuk biopestisida, bioremediator logam
berat, dan senyawa xenobiotic guna meningkatkan kesehatan tanah dan
produktivitas tanaman menopang pertanian bioindustri.
Ilustrasi : Jenis jenis Mikro-Organisme untuk Pengayaan Pupuk Bio-Organik |
VII. KESIMPULAN DAN
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
7.1. Kesimpulan
(1). Penelitian telah menghasilkan
teknologi pupuk hayati tunggal hingga majemuk dengan berbagai fungsi, sebagai
menyedia hara, perombak bahan organik, pemacu tumbuh, pengendali hama dan
penyakit tanaman dan bioremediator logam berat.
(2). Inovasi teknologi pupuk hayati
berperan penting dalammeningkatkan kesuburan tanah, melindungi tanaman dari
hama dan penyakit, menghasilkan produk berkualitas, aman dikonsumsi dan energi
terbarukan.
(3). Aplikasi pupuk hayati diyakini mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, memecahkan masalah
kelestarian lingkungan, meningkatkan produktivitas lahan, dan menyelamatkan
ekosistem
(4). Pengayaan inovasi teknologi pupuk hayati dan perbaikan sistem produksi, sosialisasi keunggulan, perbaikan sistem pemasaran dan promosi teknologi pupuk hayati, serta refocusing penelitian dan pengembangan secara intensif, mampu menunjang keberlanjutan sistem produksi pertanian dalam pengembangan pertanian bioindustri
7.2. Implikasi
Kebijakan
(1). Penyuluhan dan promosi teknologi pupuk
hayati nasional memerlukan dukungan kebijakan dari pemerintah, agar
petani, penyuluh, dan masyarakat pertanian memahami manfaat pengembangan pupuk
hayati dalam ertanian bioindustri.
(2). Dalam peredaran pupuk hayati ke alam,
diperlukan regulasi dan lembaga independen yang mengelola sertifikasi kelayakan
dan keamanan pupuk hayati, baik dari dalam negeri maupun impor, memberikan
timbangan ilmiah bagi kebijakan yang diambil agar tepat sasaran.
(3). Mikroorganisme komponen pupuk hayati harus
disimpan di Culture Collection di Indonesia yang diakui dunia
dan dikelola berdasarkan Budapest Treaty agar perawatan dan
penyimpanannya terjamin, sifat-sifat genetikanya tidak berubah, dan dapat
digunakan untuk mendukung pertanian bioindustri berkelanjutan dan kemajuan
pertanian Indonesia.
VIII. PENUTUP
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati,
Pengunaan
pupuk hayati berbasis mikroorganisme mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Banyak petani terprovokasi untuk menggunakan pupuk hayati
impor yang belum tentu keunggulannya.
Penggunaan
jenis mikroorganisme yang tidak tepat dapat membayahakan keberlanjutan sistem
pertanian. Tidak mustahil pula jenis mikroba tertentu dijadikan alat
untuk merusak pertanian Indonesia. Oleh sebab out, perlu perhatian
yang sangat serius dan komitmen yang tinggi dari penentu kebijakan dan
stakeholder untuk bersikap hati-hati menggunakan pupuk hayati
impor. Pemerintah Indonesia sudah memiliki persyaratan mutu produksi
dan peredaran pupuk hayati (Permentan No. 70/Pert/SR/130/5/2011). Kedepan,
diperlukan lembaga independen u ntuk memberikan timbangan ilmiah bagi setiap
kebijakan yang diambil untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan
berbasis ekosistem berkelanjutan.
Inovasi
teknologi pupuk hayati harus diterapkan dengan penuh tanggung jawab, sehingga
mampu menjadi pengungkit pengembangan pertanian bioindustri
berkelanjutan. Penggunaannya pada lahan sub-optimal, khususnya lahan
kering masam, diyakinmi bermanfaat bagi perbaikan kualitas tanah yang miskin
hara, bahan organic, dan mikroba tanah.
Semoga
orasi ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. [IPB] Institut
Pertanian Bogor, 2013. Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP)
2013-2045, Bogor, Institut Pertanian Bogor.
2. Bhattacharjee RB, Sigh A, Mukhopadhay SN, 2008, Use of nitrogen-fixing bacteria as biofertilizer for non-legumes: prospect and challenges, Apll.Microbiol. Biotechnol. 80: 199-209
14. Matoh T, Saraswati Rasti, Sekiya J, 1992. Growth Characteristic of Sesbania under Adverse Condition in Relation to use as Green anure in Japan. Soil Science and Plant Nutr. 38(4):741-747
15......dst sampai 51 daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar